Article Detail

Sekolah Kita

SEKOLAH KITA

Media masa sering kali mengajak kita untuk berfantasi, salah satunya adalah televisi.  Benda ini memiliki kekutan magis dan mampu menyedot minat setiap orang untuk terus melekatkan pandangannya. Dengan banyakanya program yang ditawarkan, baik berupa hiburan maupun berita, seringkali kita enggan untuk beranjak meninggalkannya. Melalui media masa kita bisa membaca dan menyaksikan bagaimana kekerasan muncul dimana-mana. Baik secara fisik maupun psikis. Selain itu kita juga melihat bagimana media masa menjadi instrumen yang memberikan pelajaran tentang realita kehidupan.

Anak-anak belajar banyak didalam sekolah hidup. Sekolah hidup itu bisa bernama rumah, sekolah, jalan raya, mobil, media masa, dsb. Di rumah anak-anak belajar dari orang tuanya, dari pembantunya , bebi siter, guru privat dan juga bisa dari sopirnya. Sedangkan di sekolah anak-anak belajar dari gurunya , berteriak dan meniru  dari teman-teman dikelasnya. Di mobil dan dijalan raya anak-anak belajar bagaimana mereaksi lampu merah tanda berhenti , namun mereka juga bisa belajar tanda itu sah-sah saja untuk diterobos jika ada kebutuhan mendesak atau supaya tidak terlambat sampai tujuan. Di mobil anak-anak juga belajar mendengar sumpah serapah orang tuanya atau sopirnya  saat mengemudi. Anak-anak juga belajar dari televisi, tentang tindakan kekerasan terjadi dan bagaimana mengakali serta melecehkan seseorang, juga belajar bagaimana pelaku tindak kekerasan sudah selayaknya dihukum dengan pukulan dan jika perlu dikeroyok. Semua itu dikonsumsi setiap hari oleh anak kita. Kekerasan yang muncul dalam berbagai ruang hidup, memungkinkan anak berpikir bahwa kekerasan adalah hal yang biasa dan lumrah.  Dengan begitu mereka melakukan kekerasan sebagai cara mngatasi masalah tanpa merasa bersalah. Anak-anak juga terbiasa mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dan melakukan kekerasan fisik, karena itulah yang mereka lihat  dan dilakukan oleh orang dewasa baik itu di rumah, di sekolah, di jalan dan di media masa. Sungguh semua itu merupakan pelajaran yang sempurna bagi anak-anak untuk mengenalkan realitas kekerasan  sebagai bagian dari cara menyikapi hidup.  Pelajaran itu  membuat kita menyadari bahwa media masa ternyata bukan satu-satunya instrumen yang memperkenalkan kekerasan pada anak-anak.

Pada hakekatnya orang tua memiliki hak dan kewajiban memastikan anak-anak memanfaatkan media masa dengan baik , yaitu melatih hati nurani anak-anak agar dapat mengungkapkan secara sehat dan obyektif penilaian mereka yang akan menuntun pada isi media yang mereka konsumsi. Dan dalam bertindak orang tua seharusnya disemangati dan dibantu oleh sekolah. Sekolah juga memegang peranan penting dalam mengenalkan media sosial kepada anak,  serta bagaimana memanfaatkan media tersebut dengan benar. Maka peran orang tua dan sekolah adalah pertama-tama membekali hati nurani anak-anak dengan nilai-nilai budi pekerti, moralitas dan kebaikan pada sesama. Sebaiknya kita selalu mengkritisi fakta-fakta yang hadir,  seraya menjadikan itu sebagai bagian dari proses refleksi untuk memberikan pembekalan bagi hati nurani anak-anak yang sudah dipercayakan Tuhan kepada kita.

                                                                                                       Elisabeth Sri Maryati, S.Pd

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment