Article Detail

Menggali Makna Dalam Mendidik : Sebuah Refleksi Di Hari Guru

 Menggali Makna Dalam Mendidik
 Sebuah Refleksi Di Hari Guru
 

S

etelah sekian tahun saya menjadi pengajar yang tenggelam dalam sebuah rutinitas mengajar, mengerjakan administrasi sekolah dan tugas-tugas lain, tiba tiba pada sebuah kesempatan ada sebuah pertanyaan yang terlontar. Apa konsep dasar anda dalam mendidik? Dihadapkan pertanyaan semacam itu saya menjadi tergagap berpikir, tidak bisa langsung menjawab. Dan dalam forum diskusi dan kesempatan lain, di beberapa forum guru pertanyaan yang sama juga seringkali tidak mudah terjawab, dan perlu waktu untuk menjawab dengan membuka kembali teori teori yang ada. Sebenarnya sebuah pertanyaan sederhana, apabila  sseorang guru sudah mengajar bertahun tahun bukankah konsep mendidik seharusnya sudah mendarah daging, bahkan semacam hafalan bagi seorang guru. Setelah sekian lama menjadi guru ternyata pertanyaan sederhana tetapi memerlukan permenungan untuk dijawab. Dan bahkan menjadi bahan refleksi bagi kita semua apakah kita masih menguasai konsep dalam mendidik.
             Mendidik tidak sama dengan mengajar. Mengajar  hanya sebuah transfer pengetahuan. Saya bisa ini maka kamu harus bisa ini dan tolok ukurnya adalah nilai (benar-salah). Seperti halnya kita akan bepergian, bukankah kita harus mengetahui tujuan kita? Demikian juga dalam mendidik harus mempunyai konsep dan tujuan,  sebelum melangkah harus mengetahui tujuan akhir.
            Tampaknya saya harus kembali berefleksi dan menemukan kembali tujuan, konsep dasar saya dalam mendidik, agar saya tidak kehilangan makna untuk mendidik. Menemukan kembali konsep mendidik ini bisa saya dapatkan dengan membaca dan dengan memaknai setiap pengalaman lalu disatukan dalam kehidupan sehari hari. Menurut saya konsep mendidik adalah supaya orang ataupun orang yang kita didik bertanggung terhadap dirinya masing-masing supaya hidup bersama tetap berlangsung. Bertanggung jawab adalah bisa mensyukuri anugerah hidup, menemukan nilai dalam setiap peristiwa, menggali potensi-potensi yang ada, mewujudkan sekaligus menemukan kekurangan untuk diminimalisir sehingga tidak menghambat perkembangan. Bersyukur itu juga memaknai setiap peristiwa hidupnya. Secara psikologis bertanggung jawab artinya lebih berat yaitu menyembuhkan dirinya dari pengalaman masa lalu/luka luka batin.
            Bagaimana membuat seseorang untuk bisa bertanggung jawab? Caranya: mengajak untuk berpikir tentang hidupnya supaya menemukan metode sendiri sesuai dengan situasi,  konteks dirinya dan lingkungannya.  Misal: disesuaikan konteks TK, konteks SD, konteks SMP konteks desa konteks kota. Biarkan mereka (peserta didik) menemukan dan kita (guru) hanya menstimulus. Ketika mereka menemukan pengetahuan sendiri akan menjadi berharga dan tidak mudah lupa. Kalau disampaikan oleh orang lain belum tentu bisa diterima, bisa terjadi cara menyampaikan tidak sesuai atau yang menerima dalam situasi tidak mood.
Bagaimana syarat agar bisa menemukan pengetahuan sendiri :
  1. berani mengambil resiko, resikonya korban waktu tenaga dan pikiran. Menghargai sebuah proses, berani belajar dari kesalahan. Ketika kita menyediakan semua perangkat dengan baik mereka tidak akan belajar sendiri maka resikonya berkurang. Tetapi kalau belajar dari kesalahan pasti akan mengesan. Tetap memberi nilai, baik itu benar apa salah. Kalau salah tetap ditunjukkan bahwa itu salah, kesalahan bukan akhir dari segala-galanya tetapi bagian dari proses belajar
  2. Mengubah pola pikir
  •  Orientasi mendidik bukanlah hasil, tidak harus dengan angka tidak harus dengan kesuksesan manusiawi, tetapi kepuasan psikologis yaitu kebahagiaan.
  • Melakukan sesuatu tidak harus yang spektakuler, mencoba melakukan yang sederhana tetapi dilakukan dengan setia. Contoh : ingin menciptakan perdamaian dunia tidak usah berpikir muluk muluk cukup dengan tersenyum. Orang akan melihat dan ikut menemukan program dalam hidupnya. Sebenarnya ketrampilan yang paling sulit adalah menjadi sederhana. Orang berpikir ketrampilan yang sulit itu seperti teknologi, IT, dsb. Padahal tidak demikian. Karena hal sederhana yang dilakukan dengan setia mempunyai daya ubah,  kalau hal yang spektakuler itu biasanya hanya sesaat. Karena pendidikan itu sebenarnya adalah investasi jangka panjang. Mendidik anak sekarang tidak bisa dinikmati saat ini tetapi 10 sampai 20  tahun kedepan.

         3. Menghargai perbedaan. Setiap orang adalah unik

Pendidikan prinsip utamanya adalah mencintai dan menghargai mereka sebagai pribadi bukan sebagai obyek. Mencintai dan meghargai salah satu caranya dengan berkomunikasi. Komunikasi itu tujuannya supaya hal yang remeh ataupun sederhana tidak menjadi masalah yang besar. Dengan komunikasi bisa meminimalisir salah tafsir, membuat orang mampu memahami orang lain, tidak mudah mengadili
           

Hidup adalah pilihan. Karena tujuan adalah bertanggung jawab terhadap dirinya berkembang menurut potensinya. Kalau tidak berbakat musik..tidak usah dipaksakan harus les ini dan itu, maka harus mencoba dan mencoba hal lain (trial and error) dan akhirnya menemukan bakat yang ada dalam dirinya sehingga dapat berkembang secara integral seluruh dimensi dalam hidupnya yaitu afeksional, sosial, spiritual, emosional, biologis. Kalau hanya intelektual saja akan menjadi pintar cerdas tetapi afeksi tidak berkembang /tidak bisa mengendalikan diri maka dia menjadi tidak manusiawi. Yang sulit adalah mewujudkan dalam metodologi maupun program karena membutuhkan kesabaran, kreatifitas jika ingin benar-benar menjadi pendidik.
            Selain bertanggung jawab juga perlu diingat bahwa hidup bersama harus berlangsung terus, hidup bersama itu bisa dalam keluarga, masyarakat, sekolah, gereja dsb. Jika bertanggung jawab masih dalam tingkatan kepada diri sendiri maka bisa dikatakan pendidikan belum berhasil. Bagaimana caranya hidup bersama bisa berlangsung terus yaitu dengan: berbagi, saling melengkapi, empati, solidaritas, memberdayakan.
            Dengan menemukan kembali konsep dan prinsip dasar dari mendidik kita diingatkan kembali untuk lebih mengarah pada tujuan kita dalam mendidik, sehingga apapun yang kita lakukan kepada peserta didik kita menjadi sesuatu yang bermakna, menjadi pendidik yang gembira sehingga berimbas kepada peserta didik kita yang ikut menjadi bahagia.
Selamat hari guru. Selamat berjuang menjadi lebih baik.

 

 

 

                                                                                    Rosa Indah Kurnianingsih,S.Psi

                                                                                    KB-TK Tarakanita Solo Baru

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment