Article Detail

SETIAP ANAK UNIK DAN ISTIMEWA

Dosa besar bila setiap orang tua tidak mau memahami bahwa tidak ada satu pun anak yang sama persis dengan anak-anak yang lain. Kadang dengan mudah orang tua membanding-bandingkan anaknya dengan anak yang lain karena ego orang tua terusik. Sudah menjadi kesalahan umum, untuk memenuhi ambisinya banyak orang tua membuat anaknya menjadi hebat, ini sangat bertentangan dengan proses tumbuh kembang anak dengan segala karakteristiknya dan bakat yang dimilkinya.  Sejatinya setiap anak adalah pribadi yang unik dan istimewa.  Banyak orang tua yang kurang memahami perihal pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan  anak,  mereka mengira kecerdasan hanya satu yaitu kecerdasan intelektual saja.  Kecerdasan intelektual inilah yang dibutuhkan dibangku sekolah. Kecerdasan ini diukur dan diberi penilaian selama mengenyam pendidikan di bangku sekolah.  Hasil penilaian itu melekatkan lebel anak pintar atau sebaliknya berdasarkan nilai yang dicapai. Pandangan yang sudah terlanjur salah kaprah adalah anggapan terhadap anak-anak yang sukses mendapatkan nilai bagus otomatis diberi lebel sebagai anak superior  atau lebih cerdas dari anak lain. Setiap orang tua akan senang dan bangga mempunyai anak cerdas , karena pada dasarnya, dari alam bawah sadar manusia sudah terbangun suatu anggapan bahwa yang kuat, merekalah yang akan tampil sebagai pemenang, yang superior akan lebih unggul dan yang unggul akan lebih berhasil dalam hidup.

Menurut Howard Gardner  seorang psikolog asal Amerika, kecerdasan itu sifatnya tidak tunggal, ada bermacam-macam kecerdasan. Setiap anak memiliki karakteristik kecerdasan sendiri-sendiri dan bersifat sangat subyektif. Kecerdasan manusia dapat diidentifikasikan ke dalam 7 macam kecerdasan utama, yaitu:

  1. Kecerdasan yang sifatnya ferbal ( Linguistic Intelligence ) artinya kecerdasan seseorang yang bertumpu pada kepekaan kehebatan dalam penguasaan bahasa. Seseorang yang mempunyai kekhususan dalam kecerdasan ini mudah /mampu menguasai dan menggunakan bahasa demi mencapai tujuan tertentu.
  2. Logical Mathematical Intelligence: kecerdasan ini mengacu pada kapasitas untuk menganalisa permasalahan secara logis, memecahkan hitungan matematika dan menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah.
  3. Musical Intellegence: orang yang dikarunia kecerdasan ini   mampu mengenali dan membuat komposisi musik dan irama.
  4. Bodily-Kinesthethic Intellegence: Orang yang masuk kategori ini memiliki kemampuan mental untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan tubuh dan keahlian menggunakan seluruh tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan.
  5. Spatial Intelligence: Kemampuan ini melibatkan potensi untuk mengenali dan menggunakan pola ruang dalam lingkup ruang yang luas maupun yang terbatas. Kemampuan memersepsi dan mentranformasikan dunia spasial visual secara akurat.
  6. Interprsonal Intellegence: Melibatkan potensi untuk memperhitungkan kapasitas yang dimiliki untuk memakai orang lain/impati. Kemampuan ini meningkatkan orang untuk bisa bekerja secara efektif dengan orang lain.
  7. Intrapersonal Intellegence: Kapasitas untuk bisa memahami diri sendiri, untuk menghayati perasaan ketakutan, harapan, dan motivasi diri sendiri.

            Diluar 7 kecerdasan itu ternyata masih terdapat bentuk kecerdasan tambahan lainnya, setidaknya ada kecerdasan naturalistic, spiritual, existential dan moral. Setiap orang mempunyai keunggulan kecerdasan yang melekat pada diri masing-masing dengan bobot yang berbeda-beda. Ada yang lebih disatu sisi tapi sangat kuat disisi lain. Yang harus dipahami oleh seorang pendidik adalah membantu menemukan masing-masing siswa perihal bakat kecerdasan apa yang dominan dalam diri mereka. Penemuan lebih dini tentang bakat kecerdasan yang dimiliki masing-masing siswa setidaknya dapat membantu  mengarahkan dalam menentukan pilihan kursus dan pengembangan hobi.

Sangat penting kita ketahui bahwa pada dasarnya semua anak dilahirkan dalam kondisi hebat dan pintar. Tentu saja masing-masing anak membutuhkan bimbingan agar bisa tumbuh menjadi anak yang benar-benar mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kecerdasannya. Yang menjadi persoalan adalah banyaknya orang tua merasa tidak mempunyai bekal yang cukup ketika menghadapi masalah dengan anak-anak mereka. Kedudukan sebagai  orang tua tidak  mudah dijalani, setiap tindakan selalu berbuah pada konsekuensi tanggung jawab dan kadang-kadang menyudutkan orang tua sendiri. Orang tua juga manusia biasa, sehingga banyak hal menyangkut sang anak yang baru dirasakan dampaknya dikemudian hari. Banyak kesalahan yang tidak disengaja dalam mengekspresikan kasih sayang karena tidak tahu cara yang lebih untuk mendidik anak. Kelemahan yang lain mungkin saja sejak awal tidak begitu paham dengan sang anak termasuk bakat kecerdasan yang dimilikinya. Jika sejak awal telah memahami bakat kecerdasan anak, dipastikan langkah selanjutnya untuk memahami dan menemukan cara mendidik yang paling sesuai untuk anak menjadi lebih mudah.

 

Penulis; Elisabeth Sri Maryati, S.Pd

Kepala KB-TK Tarakanita Solo Baru

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment